Tahun
2015 saat mengunjungi toko buku, aku pernah sekilas melihat novel berjudul Girl
In The Dark. Nah pada saat itu, aku sama sekali tak menunjukkan minat dan ketertarikan
terhadap novel tersebut. Memegangnya pun tidak, apalagi melihat sinopsis dan
pengarangnya. Jika tidak salah, tahun 2015 yang kubeli bersamaan saat diriku
melihat pertama kalinya buku Girl In The Dark di toko buku adalah novel seri
deketktif Cormoran Strike karya Roberth Galbraith nama pena dari J.K Rowling si
penulis buku Harry Potter. Lalu tahun 2016 ketika kembali mengunjungi toko
buku, aku kembali melihat Girl In The Dark masih terpajang di rak-rak buku.
Mengetahui ke-eksissan novel
tersebut, aku berkesimpulan bahwa Girl In The Dark pasti laris manis dan
disukai banyak pembaca karena mampu cetak ulang dan bertahan begitu lama di
toko buku. Meski berpendapat begitu, tak ada niat sedikitpun diriku untuk
menyentuhnya.
Di
tahun 2017, saat membaca review-review
buku popular di internet, aku baru mengetahui bahwa Girl In The Dark mempunyai
popularitas yang tinggi di Indonesia, bahkan pada bulan April 2017 memasuki
cetakannya yang ke-10. Tak hanya itu, novelnya pun sudah diadaptasi menjadi
film di Jepang walau aku juga belum menontonnya. Dari review-review pembaca di internet itu, aku baru mengetahui bahwa
pengarang Girl In The Dark adalah Akiyoshi Rikako. Dan ternyata, novel Akiyoshi
Rikako yang sudah beredar di Indonesia sampai tahun 2017 ini sudah berjumlah 4
buah yakni Girl In The Dark, The Dead Returns, Holy Mother dan Scheduled
Suicide Day.