Tuesday, March 25, 2014

Abu Vulkanik Gunung Kelud

Mungkin beberapa pembaca masih ingat kejadian meletusnya Gunung Kelud yang berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang pada Kamis malam hari tanggal 13 Februari 2014 mulai pukul 22:50 sampai Jum'at 14 Februari 2014 dinihari. Posisi saya waktu itu ada di Klaten. Kurang lebih pukul 22.50 lebih, samar - samar memang terdengar seperti suara petir, karena saat itu sedang melihat movie di kamar dengan posisi suara speaker menyala, jadi memang tidak terlalu terdengar jelas, kalah dengan volume suara yang dikeluarkan oleh speaker. Namun tak berselang lama suara seperti petir itu berkelanjutan. Karena penasaran, saya mengecek twitter, barangkali ada yang mengabarkan daerah mana saja di Klaten yang sudar diguyur hujan mengingat seharian saya tidak melihat langit mendung. Namun setelah mengecek saya tidak mendapati ada yang meng-tweet soal guyuran hujan, jadi memang anggapan saya mungkin baru akan proses mendung, belum masuk ke tahap turun hujan dan suara dentuman guntur adalah hal wajar meskipun agak sedikit aneh karena ternit saya sesekali ikut bergetar. Masa bodoh akan hal itu saya kemudian melanjutkan melihat film, namun tak berselang lama ada broadcast BBM masuk yang mengabarkan Gunung Kelud meletus hebat dan suaranya letusannya sampai ke Klaten. Kaget memang membacanya, karena baru tadi paginya bangun tidur melihat berita di TV Gunung Kelud statusnya naik dan malam ini sudah meletus. Langsung saja ketika itu saya kembali mencek twitter dan benar timeline di twitter sudah ramai banyak yang membicarakan mengenai suara asal dentuman yang ternayata berasal dari Gunung Kelud. Seketika itu juga aku membangunkan beberapa anggota keluarga yang sudah terlelap dan keluar rumah mendengarkan suara dentuman letusan Gunung Kelud. Ternyata di luar juga sudah ada beberapa tetangga yang keluar yang juga penasaran mengenai  asal -  muasal suara dentuman aneh.

Kira - kira pukul lima pagi hari tanggal 14 Februari 2014 yang hari itu seharusnya menjadi trend moment bagi anak muda saat ini yang selalu merayakan hari kasih Valentine, nampaknya tahun ini tidak seindah tahun - tahun yang lalu, dikarenakan cuaca hari itu sangat kelam. Pada pukul 05.00 pagi saat masih terlelap, mendadak aku terbangun dikarenakan suara adik sepupuku yang baru kelas 6 SD mendapat BBM mengabarkan bahwa di luar ada hujan abu. Pertama mendengar hujan abu, dikarenakan mata yang masih berat karena kantuk, yang ada dalam pikiran adalah tak mungkin hujan abu dari Gunung Kelud yang berjarak lebih dari 200 KM dari sini. Namun saat keluar rumah, memang begitu terkejut dan rasa kantuk mendadak hilang melihat kejadian yang mungkin fenomenal,hujan abu terlebat yang pernah aku alami dalam hidup. Yup, benar, Abu Vulkanik Gunung Kelud mencapai Klaten dengan intensistas yang deras. 



Hanya mengulurkan tangan ke area guyuran hujan abu dalam beberapa detik saja, massa abu yang sudah hinggap di telapak tangan sangat banyak.

Menjelang pukul enam pagi, suasana terlihat masih gelap dikarenakan paparan sinar matahari yang terhalang oleh derasnnya hujan abu vulkanik. Baru pukul 07.00 lebih sinar matahari mulai bisa menembus tebalnya hujan abu vulkanik dan suasana terang layaknya pagi hari seperti pukul setengah 6 pagi jadi baru bisa dirasakan mulai pukul 7 pagi saat itu. Setelah membaca berita di internet mengapa Abu vulkanik sampai kesini, dikarenakan memang arah angin sedang mengarah ke Barat dan juga dikarenakan material yang dikeluarkan oleh Gunung Kelud saat itu sama dengan yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi saat meletus yakni 100-200jt kubik material. Bedanya Gunung Merapi perlu waktu sebulan untuk mengeluarkannya, sedangkan Kelud hanya membutuhnya satu hari saja. Benar - benar ledakan yang singkat setelah terdeteksi adanya peningkatan dan bersifat eksplosif yang dahsyat.

Aktifitas pagi itu benar - benar lumpuh. Dikarenakan jarak pandang yang terbatas, banyak warga yang tidak melakukan aktifitas. Sekolah - sekolah pun diliburkan. Suasana kampung memang seperti kota mati seperti di film Silent Hill. Menjelang pukul 10 pagi ketika keadaan sudah semakin terang , maka aku menuju ke lantai 2 untuk mengabadikan moment sekitar. Semuanya yang terlihat serba putih. Suasana benar - benar sepi. Seharusnya pukul 10 pagi yang didapatkan adalah aktifitas hilir mudik warga, namun kali ini lenggang dan seperti suasana pasca perang dunia saja.



Hal yang paling menjengkelkan dari Abu Gunung Kelud ini adalah jenis abunya yang tebal dan jika terkena air akan menjadi sangat lengket dan kaku. Tidak seperti Abu Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu saat melanda kota Yogyakarta, ketika hujan turun beberapa kali, Abu-nya otomatis akan terbawa oleh derasnya guyuran hujan dan hanyut melalui genangan - genangan air. Ketika hujan turun deras dan saat berharap mampu membersihkan Abu dari Gunug kelud ini, ternyata anggapan kita salah, saat abu terkena air dan jatuh dari atap genting, kondisinya menjadi keras dan lengket seperti semen yang diaduk. Jadinya memang harus dibersihkan secara manual dan dimasukkan entah ke karung maupun tempat lain yang sekiranya sanggup menampung. Jadi beberapa minggu setelah diguyur hujan abu, memang banyak warga yang daerahnya kena guyuran abu yang kerap membersihkan rumahnya jika hujan tiba. Meski begitu, di internet aku membaca ada beberapa orang yang memanfaatkan abu gunung Kelud ini secara efektif untuk dijadikan batu bata yang konon batu bata yang terbuat dari abu gunung Kelud ini semakin lama malah akan semakin menguat dan kokoh. 

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...