Sunday, March 25, 2018

Ulasan Game Life is Strange Farewell : Siapkah Kalian Meninggalkan Sahabat Terbaik Yang Dimiliki?

Life is Strange adalah game berbasis keputusan. Pemain akan dihadapkan pada beragam pilihan saat memainkan game ini. Dan setiap pilihan yang diambil oleh para pemain akan memiliki konsekuensi di tiap jalannya skenario dan berpengaruh terhadap ending. Contoh singkat gambaran permainannya adalah kamu melompati halaman kebun milik tetangga yang ditumbuhi banyak pohon buah lalu memetik apel tanpa seizin pemiliknya kemudian menyembunyikan apel itu di dalam tas.

Ketika hendak meninggalkan halaman, kamu kepergok oleh sang pemilik. Lalu kamu diinterogasi dengan pertanyaan, Apa yang sedang kamu lakukan? Maling buah di kebunku?” Lalu pemain dihadapkan pada pilihan A. Berbohong sedang main petak umpet dan bersembunyi di kebun. B. Mengakui perbuatan mencuri buah. Begitulah gambaran singkat bentuk dan skema gameplay Life is Strange, setiap pilihan ada di tangan pemain dan semua ada konsekuensinya.

Life is strange Farewell sendiri mengisahkan hubungan dua buah sahabat yakni Max dan Chloe yang masing-masing berumur 13 dan 14 tahun. Meski game ini keluaran Maret 2018, namun setting waktu yang digunakan adalah tahun 2008.  Di game ini, pemain akan mengendalikan Max sebagai pemeran utama. Titik masalahnya adalah Max akan segera pindah ke Seatlle keesokan harinya dari Arcadia Bay —wilayah di mana Max dan Chloe tinggal saat ini. Konfliknya adalah Max tidak tahu bagaimana cara terbaik mengucapkan selamat tinggal kepada Chloe. Max tidak ingin sahabatnya itu sakit hati mendengar kepindahan dirinya. Jelas, akan banyak dilema pilihan yang harus pemain ambil selama menjalankan game ini.

Game ini sendiri akan dibuka dengan adegan Max yang sedang bermain di kamar sahabatnya Chloe. Kedua sahabat itu melakukan hal iseng meledakkan dua buah barbie yang dikekang dengan tali menggunakan mercon kembang api. Mereka berdua sangat menikmati momen itu. Ketika boneka barbie meledak dan hancur berkeping-keping, mereka berdua tertawa riang gembira.



Max dan Chloe melakukan permainan yang agak ekstrim yakni meledakkan boneka barbie di dalam kamar.

Setelah permainan gila itu, Chloe menyuruh Max membantunya membersihkan ruangan kamarnya yang serba berantakan. Namun, sebelum mulai membantu Chloe, Max terdiam dikuasai kecamuk hatinya memikirkan bagaimana cara terbaik mengatakan perpisahan kepada satu-satunya sahabat terbaiknya. Dari tertawa riang gembira meledakkan boneka barbie, tiba-tiba Max harus terdiam sedih.



Max yang mendadak terdiam, dibebani pikiran dan perasaan tak menentu perihal bagaimana cara terbaik mengatakan perpisahan kepada sahabat terbaiknya Chloe. Dia selalu berbicara terhadap dirinya sendiri di dalam hati.

Kita sebagai pemain, awalnya tidak akan pernah tahu bagaimana asal mula hubungan jalinan persahabatan yang terjadi antara Max dan Chloe selama ini. Namun alur game ini sendiri akan membimbing pemain untuk menguak segala masa lalu terciptanya jalinan persahabatan antara Max dan Chloe. Seperti saat pemain mengendalikan Max ketika membantu membersihkan kamar Chloe, Max akan menemukan benda-benda masa kecil Chloe yang penuh kenangan yang mampu membuka kembali memori mereka berdua semasa kecil.




Kondisi kamar Chloe yang serba berantakan. Disini Max bisa berinteraksi dengan seluruh barang milik Chloe. Dengan berinteraksi melalu barang-barang itu, Max akan disuguhkan kenangan-kenangan yang secara tak langsung menjelaskan histori persahabatan mereka berdua.

Contohnya saat Max ingin membuang kotak permainan sejenis kartu dan ular tangga yang Max pikir Chloe di umur remaja pasti tak akan membutuhkannya— tetapi yang terjadi jika pemain memilih pilihan itu, Chloe malah melarang Max untuk membuangnya. Disitu nanti Chloe akan menjelaskan bahwa kotak permainan itu memendam banyak kenangan ketika mereka berdua sering memainkannya semasa kecil. Chloe bersikukuh beberapa tahun yang lalu, dirinya terakhir memenangkan game ini ketika memainkannya berhadapan dengan Max. Jelas dari informasi tersebut para pemain secara tak langsung dijelaskan bahwa persahabatan mereka terjalin sejak bangku SD. Banyak sekali hal-hal yang terungkap ketika kita menyisir segala barang milik Chloe dikamarnya.


Jika pemain memutuskan agar Max membuang kotak permainan ini di kotak sampah saat membantu bersih-bersih, maka Chloe akan melarangnya dengan sebuah alasan. Dari berbagai alasan  yang diutarakan Chloe dan semakin sering pemain berinteraksi dengan berbagai barang di kamar Chloe, rangkaian kronologis jalinan persahabatan mereka sedikit-demi sedikit mampu dikuak. 

Sampai di sesi ini, pemain dihadapkan pada dua perasaan yang saling berseberangan. Satu adalah perasaan di mana pemain memikirkan cara menyampaikan perpisahan yang terbaik—kedua adalah pemain malah disuguhkan beragam kenangan kisah perjalanan terbangunnya jalinan persahabatan antara Max dan Cloe lewat barang-barang yang berserakan di kamar. Game ini menggiring emosi pemain untuk merasakan ketidakrelaan meninggalkan Chloe dengan beragam kenangan yang terkuak di masa lalu yang tersebar lewat barang-barang milik Chloe—padahal disisi lain jelas-jelas pemain akan dihadapkan pada suatu perpisahan di depan mata. Jadi alur game ini membuat pemain seolah menyatu dengan perasaan Max sebagai pemeran utama yang berkecamuk. Kenangan-kenangan itu muncul disaat yang tidak tepat. Hanya membebankan kesedihan dan ketidakrelaan.


Salah satu moment yang terjadi di kamar Chloe setelah mereka selesai bersih-bersih kamar. Disitu ada dua pilihan ( Tell Her Now ) yang berarti memberitahukan perpisahan sekarang juga begitu selesai membantu membersihkan kamar. Pilihan kedua ( Tell Her Later ) yang berarti jika pemain belum tega untuk memberitahukannya, pemain bisa menundanya. Dalam kasus ini, aku sendiri memilih untuk menundanya setelah disuguhi beragam kenangan masa lalu ketika berinteraksi dengan banyak barang milik Chloe. 

Di tengah kegiatan bersih-bersih kamar, Max dan Chloe menemukan rekaman kaset 5 tahun yang lalu. Lima tahun yang lalu berarti tahun 2003 dan umur mereka masing-masing 8 dan 9 tahun. Dalam rekaman itu intinya menjelaskan bahwa mereka berdua pernah memendam sebuah harta karun di halaman belakang rumah Chloe. Lucunya, saat ini merteka berdua lupa jika pernah memendam sebuah harta karun. Alhasil, Chloe mengajak Max untuk menggali harta yang mereka pendam.



Sebuah kaset berisi rekaman  suara Max dan Chloe 5 tahun yang lalu.

Dari isi rekaman kaset yang dibuat 5 tahun yang lalu, kunci untuk menemukan harta itu adalah menggunakan mainan mereka semasa kecil yakni teropong nahkoda yang dikombinasikan dengan bulatan optik kaca jimat. Dari situ nanti akan keluar petunjuk letak posisi harta karun yang harus digali di halaman belakang rumah. Sayangnya, karena mereka saat ini sudah menginjak ABG, maka mainan teropong nahkoda dan jimat semasa kecil itu masing-masing sudah tersimpan bertahun-tahun di garasi dan di gudang atap. Akhirnya mereka berbagi tugas, Chloe akan mencari teropong nahkoda dan tugas pemain yang mengendalikan Max adalah menuju atap gudang mencari jimat.



Suara Max dan Chloe saat masih berumur 8 dan 9 tahun pada 5 tahun yang lalu menjelaskan rencana mereka ingin mengubur sebuah harta karun di halaman belakang rumah.

Saat pemain menjalankan Max dengan tujuan mencari jimat di gudang atap, pemain bisa terlebih dahulu mengendalikan Max untuk menjelajahi ruangan rumah Chloe atau pemain bisa langsung memilih menuju ke gudang atap untuk mempersingkat waktu. Tetapi, jika pemain mau menyempatkan berkeliling ruangan, maka Max akan menemukan hal-hal yang memperkuat cerita dalam game ini.



Berkeliling ruangan terlebih dahulu adalah pilihan terbaik untuk mengungkap segala sesuatu yang belum Max ketahui. Seperti memasuki kamar orang tua Chloe dan mengintip email pada komputer yang masih menyala. Disitu Max akan mendapatkan informasi bahwa Chloe mengalami masalah dengan sekolah barunya. Karena Max masih kelas 3 SMP dan Chloe baru menginjak kelas 1 SMA dikarenakan selisih umur mereka 1 tahun. Dari email tersebut diberitakan bahwa Chloe mengalami tindak kekerasan yang terkait bully. 

Sesampainya di gudang atap bangunan, Max akan dihadapkan pada sebuah puzzle ringan. Karena letak jimat berada di sudut ruangan, maka pemain akan sedikit memutar otak untuk menggeser perabotan-perabotan rumah tangga seperti meja kursi dan mesin-mesin usang bekas yang menghalangi jalan Max.



Puzzle ringan yang harus dihadapi pemain untuk membuat Max mampu menempuh rintangan barang-barang bekas yang menghalanginya ketika ingin mengambil jimat optik di sudut ruangan.

Setelah berhasil mendapatkan jimat, terjadi sebuah momen yang menyedihkan. Dari jendela gudang atap, Max memperhatikan Chloe yang dengan riangnya melonjak-lonjak kegirangan di halaman belakang rumah sembari membawa teropong nahkoda. Disitu batin Max kembali berkecamuk. Dia merasa tak tega ingin memberitahukan kepergiannya di tengah kegirangan sahabatnya yang begitu riang di luar sana. Max tak ingin mengganti kegembiraan Chloe dengan sebuah kesedihan. Lagi-lagi Max berdiam termenung dan berbicara terhadap diri sendiri di dalam hati.




Ada sebuah  moment di mana Max tertangkap basah oleh Chloe dari halaman belakang sedang terdiam melamun di depan kaca jendela gudang atap. Saat itu Chloe mempertanyakan apa yang sedang terjadi? Lalu pemain akan disuguhkan dua buah pilihan. Pertama (Share your feelings) yang artinya mengungkapkan kesedihanmu. Kedua (Act Natural) yang berarti berlagak biasa. Aku sendiri memilih pilihan kedua, karena tak mungkin aku mengungkapkan kesedihan di saat sahabat sedang riang gembiranya ingin mencari harta karun. 

Sunday, March 18, 2018

Ulasan Film The Vanishing Of Sidney Hall Kisah Suram Penulis Finalis Pulitzer

Sedikit ulasan mengenai Vanishing of Sidney Hall. Sebuah film yang menceritakan kisah novelis terkenal bernama Sidney. Alur yang dipakai adalah alur campuran (maju-mundur). Jadi pada awal kita akan disuguhkan gambaran Sidney ketika menjadi novelis terkenal dan mempunyai banyak fans. Saat itu Sidney menulis sebuah buku dan meledak di pasaran. Lalu, tiba-tiba alur bergerak maju 5 tahun ke depan (waktu sekarang) yangmana memperlihatkan seorang detektif yang gigih mencari seorang buronan yang kerap membakar novel karya Sidney di setiap perpustakaan dan toko buku yang menjualnya. Sang detektif percaya bahwa si pelaku tak lain adalah penulisnya sendiri yakni Sidney Hall yang menghilang sejak 5 tahun yang lalu. Sang detektif berusaha keras menangkap si pelaku yang diduga pengarangnya sendiri dan ingin mencari tahu motif dibalik semua ini.



Seseorang yang melakukan pembakaran novel karya Sidney

Sang detektif yang mengejar keberadaan Sidney

Di film ini, penonton juga akan dibawa lebih jauh lagi ke masa saat Sidney masih duduk di bangku SMA. Ketika itu Sidney mempunyai seorang sahabat bernama Brett Newport. Suatu hari Brett mengajak Sidney untuk menemaninya menggali sebuah kotak berisi sesuatu yang sangat penting yang telah Brett kubur puluhan tahun yang lalu di masa kanak-kanak. Sesuatu yang sangat pribadi dan rahasia.




Brett Newport salah satu sahabat Sidney. Memiliki sebuah kotak rahasia yang lama terpendam dan tidak ingin siapapun mengetahui isinya.

Di masa SMA inilah Sidney jatuh cinta pada gadis tetangga depan rumahnya bernama Melody. Di sekolah, hanya sahabatnya Brett semata dan guru bahasa Inggrisnya yang menghargai tulisan-tulisan Sidney yang biasanya ditempel di mading. Tetapi, siapa sangka, Melody—gadis tetangga depan rumah meski berbeda sekolahan namun dirinya mengagumi tulisan Sidney saat berkunjung ke sekolah Sidney dan membaca tulisannya di mading. Melody pada awalnya hanya mengirimkan surat rasa kekagumannya pada Sidney dengan menaruhnya di kotak pos di depan rumah Sidney. Tetapi, lama kelamaan Sidney mengetahui jika surat itu berasal dari tetangganya sendiri dan akhirnya mereka berdua menjadi kekasih.







Melody, gadis tetangga depan rumah yang mengangumi tulisan Sidney dan berakhir mencintainya

Thursday, March 15, 2018

Memiliki Perangkat Dan Baterai Jenis Isi Ulang Sebagai Langkah Berhemat

Beberapa kali aku sempat dibuat jengkel menyangkut permasalahan baterai. Karena memang, dalam keseharian aku masih memerlukan kehadiran mereka untuk menghidupkan beragam perangkat elektronik yang ada di kamar. Beberapa yang paling sering aku gunakan adalah mouse wireless, penyemprot pewangi ruangan otomatis dan lampu LED emergency jika dilanda listrik padam daripada harus menggunakan lilin.

Hal menyebalkan yang sering terjadi adalah jika di tengah penggunaan mouse wireless tiba-tiba saja kehabisan daya baterai. Alhasil mouse tak bisa digunakan. Itulah kelemahan mouse wireless, meski praktis tanpa perlu ribet mengatur kabel tetapi pengalaman penggunaan selama ini aku berkesimpulan daya pemakaian baterainya boros. Pertama kali aku membeli mouse wireless dulu aku memakaikannya baterai AAA merek ABC biasa. Yang terjadi baterai cepat habis walau penggunaannya kupikir tak terlalu sering. Kedua aku memakaikan merek ABC jenis Alkaline dengan label berdaya tahan lama. Namun saat aku menggunakan jenis Alkaline, ketika itu bertepatan dengan banyakknya aktivitas yang memerlukan mouse, alhasil baterainya cepat tewas. Jadinya aku berpikir repot juga jika sedikit-sedikit harus mengeluarkan uang untuk membeli baterai. Lagipula, harga jenis Alkaline juga tidak murah.


Yang kedua adalah penyemprot pewangi ruangan di kamarku juga masih menggunakan daya baterai AA untuk menghidupkannya. Perangkat satu ini juga tergolong boros jika tidak menggunakan baterai jenis Alkaline. Berhubung harga baterai Alkaline AA rerlatif mahal, biasanya aku hanya memakaikan baterai jenis ABC putih standar. Yah, walaupun resikonya kadang dayanya sudah tewas padahal tabung parfumnya masih banyak atau pernah juga baru beli isi ulang tabung semprotnya belum ada seminggu udah mati perangkatnya karena kehabisan daya baterai. Hal remeh seperti itu juga kadang bikin sebel.

Saturday, March 10, 2018

CERPEN RASA YANG TERCABIK

Dua buah bulatan es krim memiliki tekstur permukaan tak rata saling bertindihan— menghuni ruangan gelas kaca model payung yang menanunginya. Karena diameter gelas yang tak seberapa, kedua bulatan es krim itu terkesan menggumpal seolah berdesakan.

Gelas payung itu berada diatas sebuah baki, dibawa oleh seorang pramusaji dengan langkah yang tergesa, sehingga menyebabkan taburan coklat dan bubuk cappucino yang semula berdiam dan berkerumun diatas permukaan es krim—terlihat perlahan berhamburan seakan rontok dan memenuhi dasar gelas akibat guncangan.

Pramusaji itu seorang perempuan—dengan langkah cepat menghampiri kursi pengunjung bernomor 21 yang dihuni seorang lelaki dan gadis—dua orang yang terkesan seperti pasangan kekasih.


Ketika pramusaji tiba di samping meja, dilihatnya kedua orang pelanggannya itu saling menundukkan wajah seolah dingin tanpa ekspresi. Suasana itu membuat si pramusaji menebak – nebak sepertinya kedua orang pengunjungnya sedang dilanda problema.

Kedai es krim memang ramai di akhir pekan—menyebabkan setiap karyawan yang shift pada saat itu mendapatkan tugas ekstra daripada hari – hari biasa. Dari pukul 10.00 pagi, si pramusaji sudah bekerja dengan giat. Semangat bekerjanya tidak luntur lantaran banyaknya tamu yang datang hari ini kesemuanya selalu memamerkan ekspresi wajah bahagia dikarenakan puas dengan berbagai es krim yang dipesan, dan hal itu yang menyulut semangat sang pramusaji untuk tetap berkobar. Kerja keras pelayanan dan cita rasa racikan es krimnya  dihargai.

Sekarang waktu menunjukkan pukul 17.00. Selama sang pramusaji bekerja sebagai karyawan di kedai es krim, dia baru mendapati sepasang pengunjung yang merasa tidak bahagia seperti dua orang yang berada di hadapannya. Bahkan, kedua pengunjungnya itu seolah tidak merasakan kehadiran sang pramusaji yang sudah berdiri didekat meja sedari tadi.

“Maaf, ini es krim gelato vanilla coklat moccachino pesanannya,” ucap sang pramusaji sambil menundukkan sedikit tubuhnya dan meletakkan gelas payung berisi eskrim dihadapan sang lelaki berkemeja rapi yang memakai kacamata berbingkai tebal, berambut klimis tipis, mempunyai hidung yang mancung.

Lelaki itu tersentak ketika mendapati tiba – tiba saja muncul sebuah es krim yang disodorkan dihadapannya. Kemudian si lelaki menoleh kepada sang pramusaji, menyunggingkan senyum yang seolah dipaksakan dan mengucapkan sepatah kalimat,
“Terima kasih”

Wednesday, March 7, 2018

ULASAN FILM HOT ROAD : JALAN YANG BERGEJOLAK

Sesuai judulnya, HOT ROAD yang dalam film ini diartikan sebagai jalan yang bergejolak. Sebagaimana kita tahu, hampir mustahil ada insan manusia yang selalu menemui ketenangan dalam menjalani hidup hingga akhir hayatnya. Bisa dipastikan, ada kalanya setiap insan menemui pertikaian batin. Apapun masalah yang dihadapi, terkadang manusia menyikapinya dengan pesimis, merasa tidak ada jalan keluar, berakhir dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti orang lain, berprasangka buruk, dan masih banyak hal negatif lainnya.

Hot Road, mengisahkan gejolak perasaan yang dialami oleh gadis SMP berusia 14th bernama Kazuki yang selalu merasa tidak mendapatkan perhatian dari satu-satunya orang tuanya yang masih hidup yakni ibunya—dikarenakan sang ibu lebih mencurahkan perhatiannya kepada hubungan yang dibangun dengan kekasih yang dicintainya semenjak SMA—walau disisi lain, kekasih ibunya itu sudah mempunyai istri yang sedang dalam masa perceraian.









Monday, March 5, 2018

ULASAN FILM THE CASE HANA AND ALICE : JALINAN PERSAHABATAN YANG TERBENTUK KARENA SEBUAH KASUS

Ada yang familiar dengan film yang akan aku bahas kali ini? Sebagian mungkin akan mengaitkan dengan salah satu judul film yang pernah aku ulas tahun 2017 lalu yakni Hana dan Alice yang diluncurkan pada 2004 silam. Lalu apakah ada keterkaitan antara The Case Hana and Alice (2015) dengan Hana dan Alice (2004) ...? Jawabannya ada. Bukan sebagai sekuel melainkan prekuel. Hana dan Alice (2004) menceritakan kedua gadis SMA ini sudah bersahabat, sedangkan The Case Hana and Alice (2015) menceritakan awal mula pertemuan mereka saat di bangku SMP.


The Case Hana and Alice (2015)


Hana And Alice (2004)

Jika ini adalah prekuel, apakah pemerannya akan berganti? Jika dinalar, 2004 menuju 2015selang waktu selama itu pastilah dua tokoh utamanya sudah menjadi tante-tante. Namun, jawabannya adalah tidak ada pergantian pemeran utama. Tetap, kandidat perannya masih dipegang oleh dua aktris yang sama. Loh kuk bisa? Karena prekuelnya dibuat dalam bentuk kartun 2D. Jadi, kedua aktris itu walau sudah menjadi tante-tante di masa kini, perannya hanya sebagai pengisi suara. Ajaibnya, suara mereka terkesan tidak berubah dan masih cute ala gadis remaja seperti pada film pertamanya.

Langsung saja masuk ke sekelumit kisahnya. Alice yang masih berusia 14th, gadis kelas 3 SMP ini baru saja pindah rumah dengan ibunya. Mereka menempati rumah baru yang bertetangga dengan rumah bunga. Rumah bunga dalam artian sebuah rumah yang memiliki pekarangan bunga yang memanjakan mata. Ada keganjalan yang Alice temui pada rumah bunga itu. Pada jendela lantai dua, dari balik tirai gorden, bersembunyi seorang yang misterius selalu mengintip secara diam-diam.


Lalu, pada sekolah barunya, Alice juga mendapatkan keanehan. Ada dua buah kursi kosong berderet di kelasnya. Ketika dia menempati salah satu kursi itu setelah sesi perkenalan, seluruh teman sekelas berpandangan dingin terhadapnya. Memancarkan rasa permungsuhan. Tak ada yang mau berbicara dengan Alice. Di bawah kursinya juga terdapat suatu lambang ritual yang aneh.

Kondisi seperti itu membuatnya hampir putus asa karena merasa bakal tidak mempunyai teman di sekolah barunya tetapi untungnya, dia bertemu teman sekelas sewaktu masih belajar di klub balet semasa kecil yang tak disangka saat ini berada di satu sekolah yakni Fuko. Hanya temannya dari sekolah balet itu saja yang sementara ini mampu diajak bicara. Ketika mereka berdua pulang bersama, Fuko terhenyak mengetahui Alice tinggal di sebelah rumah bunga. Fuko mengutarakan, banyak kesan angker pada rumah bunga itu dikarenakan seringnya muncul penampakan seseorang misterius dari balik tirai jendela lantai dua.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...